Jumat, 9 September 2016 | 13:52 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA),
Yohana Susana Yembise memeluk Rurun Rahmawati (15), siswa kelas VII Sekolah
Luar Biasa (SLB) Negeri Ungaran dalam acara Peringatan Hari Anak Nasional di
Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Jumat (9/9/2016).
UNGARAN, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise memberikan kesempatan kepada 10
anak yang hadir dalam acara Peringatan Hari Anak Nasional di Pendopo Rumah
Dinas Bupati Semarang, Jumat (9/9/2016) untuk bertanya.
Dipandu Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
Indonesia, Seto Mulyadi, anak-anak berebut mengacungkan jari agar diberi
kesempatan yang langka ini. Suasana menjadi riuh lantaran Yohana sudah
menyiapkan sepeda bagi siapa saja yang beruntung ditunjuk maju dan mengajukan
pertanyaan kepada dirinya.
Saat Kak Seto, panggilan akrab Seto Mulyadi, meminta penanya
dari anak-anak kalangan difabel, majulah Rurun Rahmawati (15), yang duduk di
atas kursi roda ini dengan didorong oleh gurunya.
Dengan suara terbata-bata, siswa kelas VII Sekolah Luar
Biasa (SLB) Negeri Ungaran ini bertanya kepada Yohana mengenai keberlanjutan
pendidikan bagi anak-anak difabel di Indonesia.
"Apakah anak difabel bisa melanjutkan ke perguruan
tinggi? Apabila bisa, di mana perguruan tinggi tersebut?" tanya Rurun.
Menjawab pertanyaan siswa berhijab warga Desa Lerep, Ungaran
Barat, ini, Yohana dengan tegas mengatakan bahwa negara memperhatikan anak-anak
tanpa terkecuali, termasuk dalam pemenuhan pendidikan dari jenjang yang paling
dasar hingga pendidikan tinggi.
"Tidak ada diskriminasi, hak-hak mereka tetap
diperhatikan. Tumbuh kembangnya, sampai negara melindungi pendidikannya. Jadi
ananda tetap menjadi perhatian kritis dari negara, ananda tetap bisa
melanjutkan sampai perguruan tinggi mana saja," lanjutnya.
Tak berhenti sampai di situ, Yohana lantas mencontohkan
pengalamannya saat menjadi dosen penguji bagi mahasiswa yang akan melanjutkan
program magister ke sebuah perguruan tinggi di Australia. Kebetulan mahasiswa
tersebut merupakan penyandang difabel.
Namun karena ketekunannya, mahasiswa tersebut berhasil
menyelesaikan pendidikan magisternya dan bahkan saat ini yang bersangkutan akan
melanjutkan program doktornya di sebuah perguruan tinggi ternama di Australia.
"Ibu waktu itu di Padang sempat menjadi penguji calon
kandidat yang akan (menempuh) magister di Australia. Dan dia lolos, dia
sekarang mau S3. Jadi ananda punya kesempatan yang sama dengan kita-kita
disini," imbuhnya.
Berbeda dengan penanya lainnya, Yohana urung memberikan
sebuah sepeda kepada Rurun yang segala aktivitasnya ditopang oleh kursi roda.
Yohana memberikan sebuah amplop yang berisi uang kepada Rurun.
Tak hanya itu, Yohana juga memeluk Rurun yang sedari awal matanya
sudah berkaca-kaca. Tak pelak, air mata Rurun tumpah karena rasa haru bisa
bertemu dengan Yohana.
"Semangat ya," bisik Yohana kepada Rurun disambut
dengan anggukan pelan dari Rurun.
Penulis : Kontributor
Ungaran, Syahrul Munir
Editor : Caroline Damanik
0 Komentar